Selasa, 03 April 2012

MENULIS TANPA BANYAK TEORI


Pada dasarnya menulis bukanlah suatu hal yang teoritis.  Tidak ada yang bisa membuat sebuah rumusan yang pasti mengenai formula penulisan naskah yang sukses, karena toh pemikiran manusia terus berkembang dan trend pun selalu berubah.  Tapi bagaimana pun, ada pola-pola tertentu yang dapat kita amati dari para penulis sukses dan insya Allah bisa kita manfaatkan dengan baik, asalkan kita benar-benar mau belajar.

(a) Membaca dulu, baru menulis.
Bagaimana pun, membaca harus didahulukan daripada menulis.  Tidak usah mimpi jadi penulis kawakan kalau belum jadi pembaca yang handal.  Membuat sebuah novel best seller dalam waktu kurang dari sebulan adalah omong kosong jika Anda tidak terbiasa melahap buku setebal itu dalam kurun waktu yang sama pula (bahkan seharusnya lebih cepat).  Koleksi di perpustakaan pribadi Anda adalah sumber referensi yang tidak ternilai harganya.  Selain itu, dengan banyak membaca, Anda bisa mengetahui sendiri (secara nalar) bagaimana formula membuat sebuah tulisan yang baik itu sebenarnya.  Anda tidak perlu diajari lagi bagaimana caranya menilai tulisan yang bagus dan yang kurang bagus, ‘kan?

(b) Buka mata, buka telinga.
Sumber inspirasi ada di mana-mana.  Bohong besar kalau ada yang berkata bahwa dirinya telah kehabisan inspirasi.  Yang benar adalah dirinya kehilangan minat untuk mencari inspirasi.  Naguib Mahfouz membuat sebuah novel yang amat menarik dengan menceritakan kisah golongan manusia yang paling tidak menarik : rakyat jelata.  Tidak perlu istana mewah untuk membuat pembaca tercengang.  Yang dibutuhkan adalah pencerita yang terampil.

(c) Sudut pandang adalah hak prerogatif penulis.
Untuk menjadi penulis yang canggih, Anda bahkan tidak wajib memunculkan sebuah tema baru yang seratus persen orisinil.  Anda bisa mengulas sebuah masalah yang sudah jutaan kali dibahas di berbagai media massa, tapi Anda bisa menceritakannya dari sudut pandang yang lain.  Misalnya kalau Anda sudah jenuh mendengar kisah tentang anak-anak yang membutuhkan kasih sayang orang tuanya, maka kali ini bahaslah kisah tentang orang tua yang haus perhatian dari anak-anaknya.  Kalau Anda sudah capek membaca artikel tentang bahaya merokok, kali ini buatlah artikel tentang cara-cara menegur orang yang merokok di tempat umum.  Tidak terlalu sulit, bukan?

(d) Bersikap kritis itu sehat.
Anda juga bisa mendapatkan banyak sekali inspirasi dari tulisan-tulisan orang lain.  Berkaitan dengan poin (a) sebelumnya, maka jika Anda banyak membaca, Anda akan semakin banyak mendapat inspirasi, karena semua karya manusia pastilah tidak bebas dari kritik.  Pasti ada saja kekurangan yang terlihat dari setiap karya tulis.  Nah, kalau Anda menjumpai ada sebuah tulisan yang terasa ‘kurang lengkap’, maka Anda kini memiliki kewajiban moral untuk menyajikan ‘pelengkapnya’.  Buat saja sebuah tulisan lagi yang memberikan pandangan lain tentang sebuah masalah yang sudah dibahas dalam sebuah buku lain.  Anda tidak perlu menghujat buku yang Anda anggap ‘kurang lengkap’ itu, tentu saja, karena saya yakin tulisan Anda pun (meski diniatkan sebagai ‘pelengkap’) masih saja belum sempurna.  Paling tidak, Anda sudah memenuhi kewajiban moral Anda untuk membagi ilmu.

(e) Penulis harus berani !
Jangan pernah melakukan sesuatu (atau tidak melakukan sesuatu) karena alasan takut, kecuali takut pada Allah SWT!  Taufiq Ismail dengan puisi ‘terang-benderangnya’ dan Sutardji Calzoum Bachri dengan ocehan-ocehan ‘mantra’ puitisnya ; keduanya berdiri pada kutub yang amat berlawanan.  Tapi ada satu persamaannya.  Sama-sama sukses!  Mereka tidak takut menggunakan gayanya masing-masing.  Semua penulis memiliki gayanya sendiri-sendiri.  Justru amat kelirulah kita bila memaksakan diri untuk meniru-niru gaya orang lain.  Hal ini justru akan membunuh kreatifitas.  Umat manusia ini diciptakan dalam keadaan yang berbeda-beda agar bisa bersinergi, saling menutup kekurangan masing-masing.  Ada sastrawan yang memang berbakat mengharu-birukan dunia kepenulisan dengan karya-karyanya yang serius, ada pula yang mahir menggaet pangsa pasar remaja dengan tulisan-tulisannya yang ringan dan gaul.  Hanya karena Anda kagum pada Helvy Tiana Rosa, bukan berarti Anda harus menjadi Helvy Tiana Rosa versi 2.0, ‘kan?

(f) Penyampaian pesan adalah inti dari segalanya.
Bagaimana pun caranya, pesan itu harus tersampaikan!  Pertama, Anda harus punya pesan yang kuat.  Kedua, Anda harus punya keinginan yang kuat untuk menyampaikan pesan tersebut.  Jangan setengah-setengah!  Paksalah seluruh dunia untuk mendengar!  Ketiga, lakukan segala cara yang Anda bisa agar pesan itu sampai ke tujuannya.  Tidak ada batasan mati antara prosa dan puisi.  Anda bisa menulis prosa dengan kecantikan ala puisi.  Anda juga bisa membuat puisi yang datar namun penuh informasi layaknya prosa.  Sebuah paragraf tidak mesti diisi dengan lebih dari satu kalimat.  Judul tidak harus singkat.  Akhir cerita bisa dibiarkan menggantung.  Tokoh utamanya boleh seorang pemabuk.  Lakukan apa yang harus Anda lakukan, agar pesan itu tersampaikan!

(g) Mengalir seperti air.
Biarkan tulisan Anda mengalir seperti aliran sungai yang terus mencari lautan.  Jangan pernah membunuh aliran itu.  Itu sama saja bunuh diri.  Sama saja seperti Ronaldinho menendang pohon kelapa dengan tulang kering.  Habislah sudah karirnya.  Susah payah membangunnya, tapi mudah saja meruntuhkannya.  Jangan percaya pada teori apa pun.  Biarkanlah mengalir.  Emosional itu bagus.

(h) Jangan banyak menunggu.
Memperbanyak referensi itu bagus, tapi terlalu banyak pertimbangan itu menyusahkan.  Apa harus menunggu sampai paham betul baru Anda berani menulis?  Apa Anda akan belajar teori-teori berenang yang baik dahulu baru mau menceburkan diri ke kolam renang?  Sebenarnya tidak ada penulis yang paham seratus persen tentang formula menulis yang baik.  Sapardi Djoko Damono, Putu Wijaya dan Asma Nadia pun masih belajar.  Jadi berapa ratus tahun lagi baru Anda memutuskan untuk menulis?  Sudah, mulai saja dari sekarang!  Tulis dan tulis terus!  Dalam waktu singkat Anda akan segera mengenali formula-formula yang sedang Anda cari itu dari kesalahan-kesalahan Anda sendiri.

(i) Anda tidak gila.
Saya yakin Anda tidak gila.  Kalau Hitler yang berpendapat bahwa ras Arya adalah rasa unggulan saja banyak pendukungnya, kenapa Anda tidak?  Saya percaya Anda tidak sebejat Hitler.  Jadi segeralah menulis, dan lihat sendiri kenyataan bahwa Anda tidak sendiri.  Anda memang tidak sendiri. 

Sudah mengerti?  Hah, belum??  Tidak apa-apa, nanti juga mengerti sendiri.  Yang penting, mulailah menulis.  Tidak usah banyak tanya, tidak perlu banyak mikir.  Cepat!  Saya tunggu, ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar